Translate

BBM

BBM

Tarombo Marga Sirait

Mansai lungun do berengon di jaman saonari on, godang do hita halak batak naso diboto tarombona, di akka naposo nang di akka na matua godang do naso diboto be marhata batak. Boi do hita marsiajar marhata batak sian kamus bahasa batak, download ma sian on.
Di bagasan on mandok mauliate do au tu Debata Mula Jadi Na Bolon, alana boi dope au mambahen suratan di blog on.
Adong do na lao si baenon ku dison, ima taringot tu tarombo ni marga “SIRAIT” Mansai bangga do au gabe marga SIRAIT, alana sada do hita marga SIRAIT. Dang adong di patudos-tudoson tu marga/ suku na asing (karo, simalungun, pakpak, mandailing) songon marga-marga na asing.
Jumolo marsantabi ma au tu akka oppung, bapa tua, bapa uda, abang, anggi nang di akka sahalani oppung ta marga “SIRAIT” atik adong nasala di panuratan ni hata, goar manang urutan ise na siakkangan nang sianggian, nang na hupanggoari goarna di suratan on. Paboa hamu idia nasala asa binoto paturehon, alana na husurat on ima na huboto sian natua-tua ni iba jala sundut na sahat tu au.
Paboa hamu ma tu E-Mail: amsonsirait@gmail.com

“TOGA SIRAIT”Tolu ma anak na, ima:
  1. Sirait Siahaan
  2. Sirait Siagian
  3. Sirait Nalomlomon.
Anak ni Sirait Siagian adong Dua, ima:
  1. Raja Marpodang
  2. Guru Tahal Ni Aji.
Anak ni Raja Marpodang adong Tolu, ima: 
  1. Op. Raja ibana
  2. Op. Monang
  3. Op. Metur.
Anak ni Op. Metur adong Tolu, ima:
  1. Op. Raja Une
  2. Raja Urang Maroring
  3. A. Metur.
Anak ni Raja Urang Maroring adong Dua, ima:
  1. Raja Sabungan Ni Huta
  2. Raja Partukkoan.
Anak ni Raja Sabungan Ni Huta adong Dua, ima:
  1. Raja Tuan Di Toba
  2. Raja Pokkalan.
Anak ni Raja Tuan Di Toba adong Tolu, ima:
  1. Op. Raja Tuhoan
  2. Raja Mallapak
  3. Raja Mallangang.
Anak ni Raja Mallapak adong Tolu, ima:
  1. Raja Bona Ni Ari
  2. Raja Parhondor
  3. Guru Mangaruji.
Anak ni Raja Parhondor adong Tolu, ima:
  1. Guru Sibaloson
  2. Nauli Mangan
  3. Namora Mingor.
Anak ni Nauli Mangan adong Tolu, ima:
  1. Paria Sonak
  2. Op. Jungjungan
  3. Op. Tagurgur.
Anak ni Paria Sonak adong Dua, ima:
  1. Raja Sorta Ni Aji
  2. Raja Marjangan.
Anak ni Raja Sorta Ni Aji adong Tolu, ima:
  1. Panaluju
  2. Op. Bahal Batu
  3. Op. Borngin
Anak ni Panaluju adong Opat, ima:
  1. Op. Marungkat
  2. Guru Manalasa
  3. Op. Darat
  4. Boratan
Anak ni Op. Darat adong Dua, ima:
  1. Panaluju 2
  2. Pargiring
Anak ni Panaluju 2 adong Dua, ima:
  1. Op. Sori Batu
  2. Op. Guruk
Anak ni Op. Guruk adong Tolu, ima:
  1. Sanggal
  2. Panonga
  3. Op. Guruk Arimo/ Sitarak
Anak ni Op. Guruk Arimo/ Sitarak adong Opat, ima:
  1. Op. Marlan
  2. Ama Kapan
  3. Op. Ester
  4. Op. Tombang
Anak ni Op. Tombang adong Dua, ima:
  1. “Oppungni si Lasko” 
  2. Op. Judika
Anak ni “Oppungni si Lasko” adong Tolu, sada Boru ima:
  1. B. Martombang (+) Nungga Monding di tanggal 03 September 2013 na salpu.
  2. Ckrosbin Mareden/ A. Lasko
  3. Amson Efrinto (on ma Au, na manurat suratan on)
Holan on do tarombo marga SIRAIT na huboto sahat tu au



Kitab Pane Nabolon

Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya. Parhalaan Batak adalah cerminan pane nabolon hukum alam terhadap setiap manusia.
Apa yang akan terjadi besok, kelak menjadi apa anak yang baru lahirkan , bagaimana nasib seseorang, barang hilang serta langkah yang baik bagi orang Batak sudah merupakan kebiasaan pada zaman dahulu kala demikian halnya dalam mengadakan pesta ritual segalanya lebih dahulu membuka buku parhalaan (Buku Perbintangan).
Kembali kepada Mithologi Siboru Deakparujar bahwa saudara kembar dari debata Sorisohaliapan adalah Tuan Dihurmijati yang disebut juga Panenabolon. Panenabolon dalam buku ini disebut Hukum Alam, dengan tanda yaitu cahaya ufuk yang mulai nampak pada hari senja dan malam hari. Panenabolon menurut mithologi berdiam diri tiga-tiga bulan pada satu desa, setelah itu berpindah ke desa yang lain. Menurut pengetahuan modern, bahwa perpindahan itu adalah gambaran peredaran matahari, tiga bulan dari khatulistiwa ke utara, kemudian tiga bulan dari Utara ke khatulistiwa dan kemudian dari khatulistiwa tiga bulan ke selatan dan seterusnya tiga bulan juga kembali ke khatulistiwa.

 Demikian seterusnya Panenabolon berjalan dan di dalam buku, disebut peredaran alam raya. Jalan pikiran yang terdapat pada mithologi Siboru Deakparujar tersebut adalah pengetahuan waktu tentang peredaran alam raya. Perjalanan Panenabolon menjadi sumber pengetahuan Batak Toba mengenai waktu, baru diperkaya kemudian dengan memperhatikan perbintangan dan bulan serta arah mata angin.

Memperlihatkan Panenabolon yang menjadi sumber peredaran matahari, peredaran bintang, peredaran bulan dan arah angin, maka tumbuh ilmu pengetahuan alam tentang waktu yang disebut : Parhalaan, baik mengenai tahun, bulan, dan hari, maupun mengenai pembagian waktu satu hari satu malam dan istilah-istilah untuk itu. hubungan pembagian waktu ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia yang bersifat ritual. Ilmu Nujum inilah yang menjadi Pola Umum berpikir Batak Toba saat itu. Yang membuat terbenamnya pola Umum berpikir itu sehingga pandangan Batak Toba mengenai waktu bergeser dari nilai yang semula bernilai positif, berobah menjadi ilmu meramal nasib manusia.

Sejak mithologi Siboru Deakparujar suku batak pada umumnya sangat gemar memperhatikan Panenabolon-cahaya ufuk yang nampak sejak senja sampai malam hari. Mengamati perjalanan Panenabolon membandingkan dengan tempat bintang-bintang di malam hari serta membandingkan pula dengan peredaran bulan dan matahari dan keadaan angin pada satu-satu waktu maka orang Batak membagi waktu.

Dari hasil pengamatan dan pengalaman itu, dapat diketahui bahwa peredaran alam raya ada kaitannya dengan kehidupan, baik mengenai kehidupan manusia maupun kehidupan alami. Artinya bahwa hukum alam ada kaitannya dengan alam ini. Baik mengenai kehidupan manusia maupun kehidupan alami. Artinya bahwa hukum alam ada kaitannya dengan alam ini, baik terhadap alam manusia dan hewani maupun terhadap alam tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu Panenabolon dan perbintangan serta peredaran bulan dan matahari itu menentukan arah mata angin sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, maka pengamatan untuk semua itu adalah paling utama pada kegiatan sehari-hari.

Agar mereka dapat mengetahui kegiatan apa yang hendak dilakukan setiap hari pada waktu yang tepat. Maka para cerdik pandai batak itu membagi waktu pada keadaan yang tepat. Jika orang barat dalam hal ini yunani terutama Romawi mentransfer peredaran alam raya itu dengan teknik pengetahuan alam sebagai titik tolak pembuatan jam, maka orang batak masih terbenam pada pola umum, belum mampu mentransfer peredaran itu dengan teknik ilmu alam. Artinya, bahwa pembagian waktu itu masih tetap berdasarkan penglihatan atau pengamatan mata. Dari hasil pikiran dan pengamatan mereka dapat diketahui tentang pembagian waktu yang ditulis pada Bulu Parhalaan, Holi Parhalaan dan Pustaha Parhalaan seperti berikut ini.
a. Partaonan
Partaonan adalah pengetahuan akan tahun. Tahun Batak tidak diketahui berapa jumlahnya. Mungkin tidak ada satu peristiwa yang besar yang dialami suku batak yang menjadi titik tolak permulaan tahun. Atau jumlah tahun tidak perlu ada akibat dari pandangan tentang akhir zaman. Berdasarkan budaya spritual suku batak bahwa belum diketahui atau belum dijumpai tentang adanya akhir zaman. Yang ada adalah banua atas tempat orang-orang yang baik apabila sudah meninggal, Banua Tonga tempat atau dihuni seperti kehidupan sekarang ini dan Banua Toru adalah tempat atau dihuni orang-orang yang meninggal yang perbuatannya tidak baik.

Belum diketahui atau belum dijumpai pada budaya batak tentang akhir dari alam raya. akibat dari pandangan itu, mungkin pemikiran orang batak pembentuk gagasan itu, tidak perlu diadakan penarikan tahun batak. Yang paling utama pada mereka adalah masa depan yang lebih baik bagi generasi mereka. Maka perlu perbaikan berkelanjutan tentang pengamatan waktu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Dan inilah yang masih dihayati suku batak bahwa anaknya adalah harta yang paling berharga baginya. Pertarikhan tahun batak belum diketahui, tetapi jumlah hari dan bulan pada setiap tahun ada pertambahan. Misalnya pada setiap enam tahun peredaran, ada bulan ketigabelas untuk menyesuaikan kepada tempat semula bintang-bintang di langit dimana bintang-bintang itu kembali ke tempat semula.

Sada taon artinya setahun, Tahun Batak terdiri dari duabelas bulan yang disebut sipaha. 

Maka nama-nama bulan batak itu dalam hal ini Batak Toba adalah :
1. Sipaha sada adalah bulan pertama
2. Sipaha dua adalah bulan kedua
3. Sipaha tolu adalah bulan ketiga
4. Sipaha opat adalah bulan keempat
5. Sipaha lima adalah bulan kelima
6. Sipaha onom adalah bulan keenam
7. Sipaha pitu adalah bulan ketujuh
8. Sipaha ualu adalah bulan kedelapan
9. Sipaha sia adalah bulan kesembilan
10. Sipaha sampulu adalah bulan kesepuluh
11. Li adalah bulan kesebelas
12. Hurung adalah bulan keduabelas

Permulaan tahun disebut sada kira-kira antara bulan maret dan april, bulan masehi dan akhir tahun disebut hurung kira-kira bulan antara februari dan maret bulan masehi.


Setiap bulan atau Sipaha terdiri antara 28 hari dan 30 hari dan nama-namanya seperti barikut ini :
1. Artia
2. Suma
3. Anggara
4. Muda
5. Boraspati
6. Singkora
7. Samisara
8. Antian ni aek
9. Sumani mangadap
10. Anggara sampulu
11. Muda ni mangadap
12. Boraspati ni tangkok
13. Singkora purnama
14. Samisara purnama
15. Tula
16. Suma ni holom
17. Anggara ni holom
18. Muda ni holom
19. Boraspati ni holom
20. Singkora mora turun
21. Samisara Mora turun
22. Antian ni anggara
23. Suma ni mate
24. Anggara ni begu
25. Muda ni mate
26. Boraspati na gok
27. Singkora duduk
28. Samisara bulan mate
29. Hurung
30. Ringkar 

Hari pertama disebut artia hari terakhir dinamai ringkar. Jika diperhatikan nama-nama hari diatas, bahwa setiap tujuh hari ada perulangan nama artia. Hari pertama antiani aek hari kedelapan, tula hari kelimabelas dan antian ni anggara hari kedua puluh dua. Demikian pula samisara hari ketujuh, samisara purnama, hari keempat belas, samisara mora turun, hari kedua puluh satu, samisara bulan mate hari keduapuluh delapan, maka dapat diketahui bahwa setiap tujuh hari bulan, ada perobahan pada peredarannya. Sebagaimana diketahui bahwa nama-nama hari Batak adalah berdasarkan peredaran bulan. Untuk menyesuaikan nama bulan dan tempat semula perbintangan maka ada hari tambahan yaitu hari hurung hari kedua puluh sembilan dan ringkar hari ketiga puluh Batak Toba untuk mengetahui pandangannya tentang waktu.



Dari pengamatan peredaran matahari Batak Toba mengetahui apa arti sada ari sada borngin antara terbit dan terbenam disebut arian atau siang. Demikian pula halnya antara matahari terbenam dan kemudian terbit disebut borngin. 
Jadi pengertian arian-borngin adalah sada ari-sada borngin dan terbagi lima waktu yaitu :
1. Sogot = antara jam 05.00 Wib dan 07.00 Wib
2. Pangului atau Pangulihi = antara jam 07.00 Wib dan jam 1.00 Wib
3. Hos = antara jam 11.00 Wib dan jam 13.00 Wib
4. Guling = antara jam 13.00 Wib dan jam 17.00 Wib
5. Bot = antara jam 17.00 Wib dan jam 18.00 Wib 

Pembagian waktu siang dan malam adalah sama seperti yang disebutkan di muka. Pembagian atas lima waktu masih dibagi atas penglihatan terhadap keadaan matahari dan kedalam alam pada malam hari sebelum matahari berikutnya terbit.


1. Binsar mata ni ari : sekitar jam 6 pagi
2. Pangului : sekitar jam 7 pagi
3. Turba : sekitar jam 8 pagi
4. Pangguit raja : sekitar jam 9 pagi
5. Sagang ari : sekitar jam 10 siang
6. Huma na hos : sekitar jam 11 siang
7. Hos atau tonga ari : sekitar jam 12 siang
8. Guling : sekitar jam 13 siang
9. Guling dao : sekitar jam 14 sore
10. Tolu gala : sekitar jam 15 sore
11. Dua sagala : sekitar jam 16 sore
12. Sagala : sekitar jam 17 sore
13. Sundut atau mate mataniari : sekitar jam 18 sore 



14. Samon : sekitar jam 19 malam
15. Hatiha mangan : sekitar jam 20 malam
16. Tungkap hudon : sekitar jam 21 malam
17. Sampe modom : sekitar jam 22 malam
18. Sampe modom na bagas : sekitar jam 23 malam
19. Tonga borngin : sekitar jam 24 malam
20. Haroro ni panangko : sekitar jam 1 malam
21. Tahuak manuk sahali : sekitar jam 2 malam
22. Tahuak manuk dua hali : sekitar jam 3 malam
23. Buhabuha ijuk : sekitar jam 4pagi
24. Andos torang atau torang ari : sekitar jam 5 pagi

Pengamatan terbit dan terbenam matahari dan memperhatikan letak bintang-bintang di langit serta mengemati cahaya ufuk Panenabolon dan membandingkannya dengan keadaan angin dan cuaca orang Batak membagi arah mata angin yang disebut Desa na ualu. 


Hata Umpasa



Umpasa merupakan sesuatu yang sangat lazim di gunakan oleh orang batak, khususnya pada acara pesta ataupun perkumpulan untuk membahas sesuatu hal pada acara batak.

Umpasa biasanya bisa berupa nasehat, ataupun umpama tergantung kepada orang yang mengucapkannya apakah ditujukan untuk memberikan nasehat ataupun umpama dan biasanya diucapkan seperti layaknya sedang berpantun.

Berikut ini contoh dari kumpulan hata umpasa yang dikutip dari beberapa sumber dari buku ataupun dari website.

UMPASA NI NAPOSO BULUNG. (Buat orang-orang muda)

Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.

Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Tobing bahen dongan.

Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.

Manuk ni pealangge hotek-hotek laho marpira
Sirang na mar ale-ale, lobianan matean ina.

Silaklak ni dandorung tu dakka ni sila-sila,
Ndang iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.

Metmet dope sikkoru da nungga dihandang-handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.

Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holoan ho do

Rabba na poso, ndang piga tubuan lata
Hami na poso, ndang piga na umboto hata

UMPASA TU NA MARBAGAS

Bintang na rimiris ma, tu ombun na sumorop.
Asa anak pe antong di hamu riris, boru pe antong torop

Tubuan laklak ma, tubuan sikkoru di dolok ni Purbatua
Sai tubuan anak, tubuan boru ma hamu, donganmu sarimatua

Pir ma pongki, bahul-bahul pansalongan
Sai pir ma tondimuna, jala tongtong hamu masihaholongan

Pinantik hujur tu jolo ni tapian
Tusi hamu mangalangka, tusi ma dapot parsaulian

Tangki jala hualang, garinggang jala garege
Tubuan anak ma hamu, partahi jala ulubalang, Tubuan boru par-mas jala pareme.

Tubu ma hariara, di tonga-tonga ni huta
Sai tubu ma anak dohot borumu Na mora, jala na martua

Asa, sahat-sahat ni solu ma, sahat tu bontean
Sai sahat ma hita on sude mangolu, Sahat ma tu parhorasan, sahat tu panggabean.

Andor halukka ma patogu-togu lombu
Saur ma hamu matua, patogu-togu pahompu

Eme sitamba-tua ma parlinggoman ni siborok
Tuhanta Debata do silehon tua, sude ma hita on diparorot

Tubu ma dingin-dingin di tonga-tonga ni huta
Saur ma hita madingin, tumangkas hita mamora

Sitorop ma dangkana, sitorop rantingna
Sitorop ma nang bulungna

Sai torop ma hahana, torop anggina
Torop ma nang boruna

Asa balintang ma pagabe, tumundalhon sitadoan
Arimuna ma gabe, ai nunga hamu masipaolo-oloan

Asa turtu ma ninna anduhur, tio ninna lote
Sude hata na denggan, hata nauli na pinasahatmuna i, Sai unang ma muba, unang ma mose.


Tingko ma inggir-inggir, bulungna i rata-rata
Di angka pasu-pasu na nipinasahatmuna, pasauthon ma Tuhanta Debata

Asa naung sampulu pitu ma, jumadi sampulu-alu
Sude hata na uli na pinsahatmunai, ampuonnami ma i martonga ni jabu.

Nunga jumpang tali-aksa ihot ni ogung oloan
Nunga sidung sude hata, ala tangkas do hita masipaolo-oloan

Bulung ni losa ma tu bulung ni indot
Bulung motung mardua rupa,
Sude na tahatai i ingkon taingot
Asa unang adong hita na lupa

Asa binanga ni Sihombing ma binongkak ni Tarabunga
Tu sanggar ma amporik, to lombang ma satua
Sinur ma na pinahan, jala gabe na niula
Simbur magodang angka dakdanak songon ulluson pura-pura
Hipas angka na magodang tu pengpengna laho matua
Horas pardalan-dalan, mangomo nang partiga-tiga
Manumpak ma Tuhanta dihorasi hita saluhutna,…

Asa aek siuruk-uruk, ma tu silanlan aek Toba
Na metmet soadong marungut-ungut, na magodang sude marlas ni roha…


UMPASA MANJALO TINTIN MARANGKUP. (Untuk pasangan saat tukar cincin)

Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup,
Dohonon ma hata pasu-pasuna.

Hot pe jabu i, tong doi margulang-gulang
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.

Sai tong doi lubang nangpe dihukkupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.

Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.

Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.

UMPASA TU NA BARU MARBAGAS. (Untuk pasangan yang baru menikah)

Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman.

Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.

Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.

Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring-iring Tuhan ganup ari.

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.
Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon,
Sai tubu ma anakmuna 17 dohot borumuna 16.

Andor hadukka ma patogu-togu lombu,
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahoppu.

UMPASA MANGAMPU

Bulung ni Taen tu bulung ni Tulan
Ba molo tarbahen, sai topot hamu hami sahali sabulan,
Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon,
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon.

Ni durung si Tuma laos dapot Pora-pora.
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan,
Napogos hian iba, boi do gabe mamora.

Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na ni lehon muna,
Sai dijangkon tondi ma dohot badan.

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan
Angka pasu-pasu na pinasahat muna,
Sai sude mai dipasaut Tuhan.

Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu.

Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula nami,
Diampu hami ma di tonga jabu.

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai unang ma muba, unang mose.

Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.

Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasu-pasu na mardongan tangiang sian hula-hula,
Mambahen marsundut-sundut soada mara.

Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu hami,
Sai horas ma nang hamu hula-hula.

Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.

AKKA UMPASA NA ASING

Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma,
Horas ma hula-hulana,songoni nang akka boruna.

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.

Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar,
Sai tading ma na lungun, ro ma na jagar.

Sinuan bulu sibahen na las,
Tabahen uhum mambahen na horas.

Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.

Ndang tardanggur be na gaung di dolok ni Sipakpahi
Ndang haulahan be na dung, songon sibokka siapari.

Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.

Hotang binebe-bebe, hotang nipulos-pulos
Unang hamu mandele ai godang do tudos-tudos.

Dangka do dupang, Amak do rere
Ama do tulang, Anak do nang ibebere.

Sinuan bulu sibahen nalas, Sinuan uhum sibahen nahoras.

Manuk ni pealangge hotek-hotek laho marpira,
Nasirang marale-ale lobian namaten ina.

Pago-pago taruge pauk-pauk hudali
Angka nasala pianuli, angka na denggan niulahi.

Bintang ma narumiris tu ombun nasumorop,
Anak pe riris boru pe torop.

Tubu ma hariara diholang-holang ni huta, dakkanai tanggo pinarait-aithon,
Tubu ma di hamu anak na marsahala dohot boru namartua, sitongka panahit-nahiton.

Turtu ma ninna anduhur Tio ma ninna lote,
Hata nauli nadenggan naung dipasahat hamu
Sai unang ma muba unang mose.

Si titik ma si gompa, Golang golang pangarahutna,
Tung songon on pe sipanganon na tupa di jolonta on,
Sai godang ma pinasuna.

Jolo tinittip sanggar
Umbahen huru-huruan,
Jolo sinungkun marga
Asa binoto partuturan.

Napuran tano-tano
Rangging marsiranggongan,
Tung pe badanta padao-dao
Tondinta ma marsigomgoman.

Tubu ma halosi di dolok ni Pintu batu,
Hami do na mangulosi Debata ma na mamasu-masu

Sahat sahat di solu ma
Sai sahat ma tu bontean,
Nunga sahat hita mangolu
Sai sahat ma tupanggabean.

Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna,
Tung otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna.

Tuat si puti, nakkok sideak,
Ia i na ummuli, ima ta pareak.

Aek godang tu aek laut,
Dos ni roha sibaen na saut.

Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman.

Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni pasu-pasu.

Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura,
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.

Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.

NA HAMATEAN

Bagot na madungdung ma, tu pilo-pilo na marajar
Sai salpu ma angka na lungun, sai ro ma angka na jagar.

Hotang binebebe, hotang pinulos-pulos
Unang hamu mandele, ai godang do tudos-tudos.

Sejarah Suku Batak

Asal usul suku Batak amatlah sulit untuk ditelusuri dikarenakan minimnya situs peninggalan sejarah yg menceritakan tentang suku Batak,akan tetapi hal ini penting bagi generesi orang batak agar lebih mengetahui lagi asal usul sukunya,maka apabila ada dari para pembaca yg bisa lebih melengkapi tulisan ini saya akan sangat berterima kasih.

Ada beberapa versi asal usul suku Batak:

Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yg terdapat di Idonesia,suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara.Menurut legenda yg dipercayai sebahagian masyarakat Batak bahwa suku batak berasal dari pusuk buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan di pinggiran danau toba.

Ada Mitos menyebutkan leluhur suku Batak (Si Raja Batak). Si Raja Batak dipercaya turun di Pusuk Buhit dari langit dan menjadi nenek moyang suku batak. Mitos ini sangat menyebar luas dan masih dipercayai sampai sekarang, namun walau seakan tak masuk akal, tapi mitos ini adalah asal usul suku batak yang terkuat.(timbul pertanyaan istri Siraja Batak siapa sehingga Siraja Batak mempunyai keturunan?)

Kalau versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombonganya berasal antara perbatasan Thailand dan Burma yang terdesak oleh serangan bangsa Mongol, berangkat kesemenanjung Malaysia dan berpencar disana Siraja Batak menyeberang ke Sumatera tepatnya di Barus daerah Sibolga. Di Barus juga sukubatak terdesak oleh serangan bangsa Tamil kemudian Majapahit dan akhirnya sampai ke Sianjur Mula mula atau di sebut dengan pusukbuhit dan menetap disana, sedangakan rombongan lainyan ada yang ke Toraja (sulsel)menjadi suku Toraja, ke Kalimantan menjadi suku Dayak ada juga yang pergi ke Pilphina yang menjadi suku Tagalog.

Sedangkan dari prasasti yg ditemukan di Portibi yg bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof.Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan yg berasal dari Madras,India menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah Barus.pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang2 Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yg bermukim di Barus pada masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yg terdapat di India.

siRaja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200(awal abad ke13)
Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.

Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yg berkedudukan diBarus karena pada abad ke12 yg menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya diPalembang.

Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur siRaja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah kemungkinan yg dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang

atau boleh jadi siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba,Simalungun,Tanah Karo,Dairi sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya sidaerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.

Pada akhir abad ke12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Sriwijaya sampai kedaerah Pane,Haru,Padang Lawas dan sekitarnya yg diperkirakan termasuk daerah kekuasaan siRaja Batak

Serangan dari kerajaan Majapahit inilah diperkirakan yg mengakibatkan si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga masuk kepedalaman disebelah barat Pangururan ditepian Danau Toba,daerah tersebut bernama Sianjur Mula Mula dikaki bukit yg bernama Pusuk Buhit,kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombonganya.

terdesaknya siRaja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit kemungkinan erat hubunganya dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya dipalembang karena seperti pada perkiraan diatas siRaja Batak adalah kemungkinan seorang Penguasa perang dibawah kendali kerajaan Sriwijaya.
Sebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya ataupun keturunanya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti2 yg menunjukkan adanya sebuah kerajaan yg dinamakan kerajaan Batak.

Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga2 batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan,juga makam2 para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu yg bisa menghabiskan biaya milyartan rupiah.Tugu ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka.

didalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yg disebut dengan Marga yg dipakai secara turun temurun dengan mengikuti garis keturunan laki laki.ada sekitar 227 nama Marga pada suku Batak.


SI RAJA BATAK
mempunyai 2 orang putra, yaitu:
I. Guru Tatea Bulan
II. Raja Isumbaon

I. GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Bburning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :
* Putra (sesuai urutan):
I.1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng- geleng), tanpa keturunan
I.2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
I.3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
I.4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
I.5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)

*Putri:
I.1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
I.2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isumbaon
I.3. Si Boru Biding Laut, (kawin dengan Tuan Sorimangaraja)
I.4. Si Boru Nan Tinjo (secara fisik keseluruhan perempuan, namun berjenis kelamin laki - laki).

Tatea Bulan artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan”. Raja Isombaon (Raja Isumbaon)

Raja Isumbaon artinya raja yang disembah. Isumbaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.

2. Golongan Isumbaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

PENJABARAN

I.1.A. * RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.

I.2.A.* SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).

Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.

Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.

Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.Diyakini sebagian besar keturunan Raja Lotung bahwa Raja Lotung mengawini ibunya sendiri yaitu siboru pareme.

Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si raja babiat. Di kemudian hari Si raja babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.

Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

2.A. SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 1 orang putri, yaitu:
* Putra:
A.1. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
A.2. Sinaga raja, keturunannya bermarga Sinaga(diyakini Sinaga Raja lah anak sulung).
A.3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
A.4. Toga nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
A.5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
A.6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
A.7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.

* Putri :
A.1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombingsimamora.

Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 8 orang,pasiaon Raja Lotung maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina.

Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.

SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.

PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.

NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.

SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.

ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.

SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.

2.B. * SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.

Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
Datu Dalu (Sahangmaima).
Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.

Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
Tinendang, Tangkar.
Matondang.
Saruksuk.
Tarihoran.
Parapat.
Rangkuti.

Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.

Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.

I.4. SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.

I.5. SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:
Malau
Manik
Ambarita
Gurning

Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
* Ambarita Lumban Pea
* Ambarita Lumban Pining
* Lumban Pea
memiliki dua anak laki-laki
1. Ompu Mangomborlan
2. Ompu Bona Nihuta
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.

Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:
Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
Op Raja Marihot
Op Marhajang
Op Rajani Umbul

Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).

Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.

Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki
Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.

Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita

II. RAJA ISUMBAON
mempunyai 3 orang putra:
I.1. TUAN SORIMANGARAJA
I.2. SIRAJA ASIASI
I.3. SANGKAR SOMALIDANG

1.A. Tuan Sorimangaraja
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
*Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.
*Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
*Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).

Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.

Si Boru Biding Laut melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak), gelar Nai Rasaon.

Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)

Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.

Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:
Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).

Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku ” Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung):

SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.

TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.

SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.

MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.

Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.

Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.

Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.

Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:
Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.
Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.
Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.
Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.

Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:

Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.

Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.

NAI SUANON (tuan sorbadibanua)
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.

Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):
Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.
Si Paet Tua.
Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.
Si Raja Oloan.
Si Raja Huta Lima.

Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
a. Si Raja Sumba.
b. Si Raja Sobu.
c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.

Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.

Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Tampubolon, Barimbing, Silaen.
Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.

Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
Pangaribuan, Hutapea.

Keturunan si lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Sihaloho.
Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
Sirumasondi, Rumasingap, Depari.
Sidabutar. Sinabutar (atas koreksian @Soeguest dan @Binsar Sitio) *)
Sidabariba, Solia.
Sidebang, Boliala.
Pintubatu, Sigiro.
Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.

Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
Bangkara.
Sinambela, Dairi.
Sihite, Sileang.
Simanullang.

Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Maha.
Sambo.
Pardosi, Sembiring Meliala.

Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.

Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Sitompul.
Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.

Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.

(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.

***
DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).

Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:

“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”

artinya:

“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
Marbun dengan Sihotang
Panjaitan dengan Manullang
Tampubolon dengan Sitompul.
Sitorus dengan Hutajulu – Hutahaean – Aruan.
Nahampun dengan Situmorang.

Sejarah Nairasaon

Datu Pejel datang dari Limbong menuju Sibisa manandang Hadatuon sembari menjalankan hobbinya "Marultop". Ia sampai ke Sibisa karena mengejarngejar "Anduhur". Menyadari usianya sudah mulai makin tua, datu Pejel melakukan semedi memohon Kepada Mulajadi Na Bolon agar ia diberi jodoh.


Tak lama setelah bersemedi, ia pun mendengar suara "martonun" ia pun penasaran lalu pergi melihatnya. Ia sangat terkejut sudah lama ia menetap di Sibisa tak pernah ia melihat orang. Ia pun menyadari bahwa Tuhan telah mengabulkan permintaanya. Perempuan ini di namai Boru Tantan Debata "Titisan Allah" karena Mulajadi Nabolon lah yg mengirimnya buat Datu Pejel.

Singkat Cerita Boru Tantan Debata melahirkan seorang Putra menyerupai Kodok. Datu Pejel Tak terima anaknya seperti kodok ia pun membuangnya ke Bara agar mati dipijak kerbau milik merka yg dikandangkan di Bara. Inilah pertengkaran Pertama antara Datu pejel dan Boru Tantan Debata. Boru Tantan Debata diam-diam mengambil anaknya dari bara dan di sembunyikan di para-para rumah mereka.

Setiap kali pulang dari ladang boru Tantan debata heran melihat kayu bakar mereka yg di jemurnya sebelum berangkat ke ladang selalu tersusun rapi. ia pun melakukan pengintaian, siapa gerangan yg melakukan semua itu. Namun Boru Tantan debata terkejut yg melakukan semua itu adalah seorang bocah yg cukup gagah dan setelah selesai menyusun kayu bakar ia masuk ke dalam rumah. Boru Tantan debata pulang ke rumah seperti biasa,ia melihat anaknya masih tetap "marruman Sirasaaon". Namun dalam hati boru Tantan Debata sudah tau bahwa anaknya cukup Tampan.

Saat usia remaja Nairasaaon pun di pertapakan Datu pejel di gunung Simanukmanuk (sebelah timur Sibisa-sebelah kiri menuju porsea dari Parapat)
Sekembalinya dari partapaon di simanukmanuk Datu pejel menyuruh nairasaaon ke limbong untuk "mangalap boru ni tulang na" Nairasaon pun berangkat ke Limbong. Namun setelah sampai di Limbong, dari Tujuh boru ni Tulangnya tak satu pun yg mau jadi istri Nairasaon karena wajahnya yang seperti kodok.

Suatu sore secara kebetulan boru Tulannya paling bungsu melihat Nairasaon pergi Mandi. Ia terpesona melihat ketampanan wajah Nairasaon. Ia menyadari bahwa wajah Nairasaon hanya "Rumang" (Topeng. Hari ketiga Nairasaon pamit untuk pulang, namun sebelum pulang Tulangnya mengumpulkan ketujuh borunya, dan menanya satu per satu dari boru I sampai boru VII. Boru I sampai boru ke VI tidak ada yg bersedia mereka tetap pada pendirian mereka saat pertama ditanyai orang tuanya.

Sang Tulang pun bertanya pada boru siampudan, boru siampudan pun menjawab "Naroa pe paribangki naroangku do i, au ra do gabe parsonduk ni anak ni nambori ki.
Akhirnya Nairasaon pun di nikahkan dengan boru siampudan. Mengetahui Nairasaon cukup tanpan pada saat menjelang pesta pariban Nairasaaon yg 6 org lagi menuntut kepada orang tuanya kenapa mereka dilangkahi adeknya. Sang Tulang pun menjawab "Hamu do da inang namanjua, anggi do mangoloi ba moloi nasojadi be sirangan.

Nairasaon kembali ke Sibisa dan menetap di sana. Tiba pada saatnya Istri Nairasaon melahirkan, namun yg dilahirkan berbentuk "Lambutan" (bulat) dan kembar. Mengetahui cucunya seperti itu Datu Pejel Marah dan membuang cucunya ke pansur Napitu. Boru Tantan Debata marah akan sikap suaminya Datu Pejel. Ia pun bersumpah tidak akan pernah di kuburkan berdekatan. (Bukti ada sampai saat ini di Sibisa kuburan Datu Pejel dan Boru Tantan debata di antari lembah kecil). "Nga dua hali di baeon ho hanssit rohangku, di bolongkon ho anak ku dohot pahompuku' Ia pun menghentakkan kakinya, sambil berkata "Ingkon sirang do Tanomanku dohot ho".

Esok hari Boru Tantan debata pergi ke jurang pansur Napitu untuk mencari cucunya yg di buang Datu Pejel. Ia terkejut mendengar suara tangisan bayi cucunya. Kilat pada malam hari itu diyakininya telah membuka lambutan cucunya. Karena tidak tau siapa yg dulu lahir maka kedua bayi itu di namai Raja Mardopang{ bercabang} yakni Raja Mangatur dan Raja Mangarerak.

Nairasaon terus menjalankan Tapanya di Simanuk-manuk, dan tak pernah kembali lagi. Dan bagi pomparan Nairasaon "Simanuk-manuk di abadikan dalam Gondang Simanuk-manuk, sebagai gondang pasiarhon dan gondang jujungan angka nairasaon dan boruna yg samapai saat ini Gondang Ini sangat populer di setiap pesta Nairasaon Khususnya Sirait. Simanuk-manuk diabadikan dalam gondang gerak dalam tortor. Sampai saat ini hanya tinggal beberapa orang yg menguasai itu pun orang-orang yg memiliki jujungan.