Sabtu, 15 Desember 2012

Sopo Parsaktian, Ilham Raja Isumbaon

Pusuk Buhit sebuah gunung berbentuk kerucut yang tumpul dengan ketinggian sekitar 1900 meter di atas permukaan laut, tertinggi di antara deretan pegunungan sekitarnya, terletak di barat pantai Danau Toba, dekat Pangururan. Sebahagian kaki gunung berbatasan dengan Tao Toba, sisi lainnya berlereng tebing curam berbatasan dengan lembah yang memberi jarak dengan deretan pegunungan Bukit Barisan.
Dari Dolok Pusuk Buhit (Gunung Pusuk Buhit) asal-usul leluhur Suku Batak yang bermukim di Toba, diyakini bermula. Menurut mitologi Batak, Pusuk Buhit sebagai bukit sakral tempat leluhur suku Batak diturunkan dari kayangan (Banua Ginjang), dan leluhur Si Raja Batak “bertemu” dengan Ompu Mulajadi Na Bolon.

Jika diperkirakan, mitologi dalam bentuk turi-turian tersebut sebagai simbolisme yang menyiratkan bahwa Si Raja Batak tiba di puncak Dolok Pusuk Buhit dan menyampaikan tonggo (doa) ucapkan syukur, permohonan kepada Ompu Mulajadi Na Bolon dan harapan untuk membangun kembali permukiman dan peradaban baru. Sebagaimana kepercayaan kuno suku-suku bahwa pucak gunung tertinggi merupakan tempat sakral untuk menyampaikan doa.
Di lereng Pusuk Buhit, terdapat lembah yang kemudian dijadikan sebagai permukiman (huta ) yang strategis, terlindungi oleh deretan pegunungan, bagaikan benteng alam yang aman dan tertutup, dan puncak gunung bagaikan menara pengawas untuk kehadiran pihak lain (termasuk musuh). Dari pucak Pusuk Buhit dapat memandang ke berbagai penjuru deretan pegunungan dan kebiruan Tao Toba.



Keberadaan Dolok Pusuk Buhit saat ini masih tergolong terjaga dari kemajuan dan perkembangan jaman. Ini dikarenakan Bangsa Batak masih mensakralkan Dolok Pusuk Buhit sebagai tempat ziarah. Menurut mitologi batak, Pusuk Buhit dulunya merupakan awal mula persebaran perkampungan Bangsa Batak yang merupakan keturunan dari Si Raja Batak. Diyakini bahwa keseluruhan Dolok Pusuk Buhit dahulunya terdiri dari huta-huta (perkampungan) bagi keturunan Si Raja Batak.

Selain pucuk (puncak) Pusuk Buhit yang oleh Bangsa Batak dianggap sakral karena dianggap merupakan tempat kediaman Si Raja Batak dahulunya, ada satu tempat tepatnya berada di badan Dolok Pusuk Buhit yang juga dahulunya dianggap merupakan huta Raja Isumbaon (perkampungan Raja Isumbaon) yang merupakan anak (putra) kedua setelah Guru Tatea Bulan dari Si Raja Batak. Berada disisi punggungan Dolok Pusuk Buhit, sebelah Timur Laut pada ketinggian berkisar 1500 mdpl yang merupakan sebuah harangan (lembah) yang dikelilingi oleh tebing diyakini dahulunya merupakan huta (kampung) Raja Isumbaon. Ditempat ini sudah setahun berdiri dan masih dalam tahap penyempurnaan sebuah sopo yang dibangun oleh seorang donatur dari Kota Medan dan dibantu oleh 8 orang relawan.

Melalui suatu perjalanan trekking ke Dolok Pusuk Buhit pada Jumat 5 Oktober 2012 lalu, bersama rekan Harianto Simanjuntak, Ramcheys Siahaan, Harri Ovi Siagian dan Ganda Manurung, Gobatak dapat menghimpun sejumlah informasi tentang keberadaan dan pembangunan sopo (para pekerja menyebutkan Parsaktian) di huta (kampung) Raja Isumbaon. Sudah setahun sopo itu berdiri dan masih dalam penyempurnaan. Seluruh biaya pembangunan parsaktian itu didonasi oleh Hendri Naibaho berdomisili di Kota Medan.

Pembangunan parsaktian tersebut dilatar belakangi kerinduan Hendri Naibaho akan Ompu Isumbahon di Dolok Pusuk Buhit sehingga memulai pencarian huta Ompu Isumbaon. Seorang bermarga Siregar yang merupakan salah seorang ahli bangunan yang kami temui di lokasi pembangunan parsaktian, menuturkan bahwa beliau (Hendri Naibaho) telah lama mencari mual (sumur) yang merupakan tanda huta Ompu Isumbaon hingga akhirnya sampai di mual (sumur) tersebut dan berniat membangun sebuah tempat untuk berkumpul/ berziarah di kampung Ompu Isumbaon.

Banyak cerita menarik yang kami dapat dari para ahli bangunan yang mereka sendiri menyebutkan diri mereka adalah relawan dalam pembangunan parsaktian tersebut. Mereka menyebut mereka relawan dikarenakan mereka sendiri adalah orang-orang yang terpanggil apa itu melalui ilham yang didapat melalui mimpi ataupun memang niat dari hati yang benar-benar juga ingin mencari huta Ompu Isumbaon tersebut.

Mereka menuturkan, bahwa pembangunan parsaktian tersebutlah yang mempertemukan mereka dimana mereka sendiri berasal dari daerah-daerah yang berbeda seperti Tarutung, Medan, Tiga Lingga ataupun dari lereng kaki Dolok Pusuk Buhit tersebut. Mereka datang dari daerah yang berbeda dan juga mempunyai keahlian yang berbeda dalam hal bangunan. Mereka menuturkan bahwa Hendri Naibaho tidak pernah mencari mereka tetapi mereka sendiri yang datang ke tempat pembangunannya. Mereka juga menuturkan, bahwa ilham yang didapat dari Ompu Isumbaon sendiri yang memanggil mereka untuk bergabung dalam pembangunan parsaktian itu.

Tertarik tentang ilham yang didapat oleh para relawan dari Ompu Isumbaon, beberapa pertanyaan kami mendapatkan jawaban yang sangat menarik. Delapan orang para relawan yang bekerja dalam pembangunan parsaktian, tidak ada satu orang pun mempunyai keahlian yang sama. Mereka menuturkan, ilham yang didapat dari Ompu Isumbaon yang memanggil mereka sehingga mereka merupakan satu kesatuan yang lengkap dalam pembangunan parsaktian tersebut. Terpanggil dalam pembangunan parsaktian, mereka membawa keahlian masing-masing dalam hal ilmu bangunan.

Hanya terdapat satu orang ahli dalam pemasangan keramik, hanya terdapat satu orang ahli dalam pengecoran, hanya terdapat satu orang ahli dalam pemahatan dan begitulah mereka dalam satu tahun ini bahu membahu dalam menyelesaikan parsaktian tersebut. Mereka juga menuturkan dalam sehari-harinya disela pembangunan parsaktian tersebut, mereka akan mendapatkan petunjuk dari Ompu Isumbaon sesuatu pekerjaan yang mesti mereka kerjakan. Ompu sendirilah yang menunjukkan salah seorang ataupun beberapa untuk membersihkan area disekitar berdirinya parsaktian. Tentunya mereka mendapat petunjuk itu langsung dari Ompu melalui mimpi mereka.

Jika salah seorang ditunjuk untuk mababbat (membersihkan semak belukar) ia haruslah melakukannya seorang diri tanpa ada satu orang teman pun yang turut membantu, tutur salah seorang dari mereka. Begitulah keseharian kehidupan mereka dalam pembangunan parsaktian di huta Ompu Isombaon. Tiada satupun mereka yang merasa diberatkan dari setiap pekerjaan yang diberikan.

Tertarik dari hal lain soal ilham yang diberikan oleh Ompu Isumbaon, mereka sendiri mempunyai nama masing-masing yang Ompu itu sendiri yang memberikan ataupun dalam sebuah acara di puccuk (puncak) Dolok Pusuk Buhit, mereka juga mempunyai tugas masing-masingnya dalam membawa silua ke puncak ataupun dalam mengawasi tiap anggota yang dipimpinnya untuk sampai ke puncak. Sedikit soal mistik, mereka juga menceritakan, bahwa harangan (lembah) tempat didirikannya sopo parsaktian tersebut dulunya sempat ingin di olah oleh warga, namun akhirnya gagal, konon dikarenakan Ompu Isombaon tidak menginginkan adanya hal itu. Begitulah penuturan mereka.

Sumber : GoBatak